Risalah Kesufian, Perbendaharaan Risalah Bagi Ahli Sufi Penempuh Jalan Ma'rifah Susunan Abi Zahidah



Segala puji dan syukur hanya bagi Allah,  Dia yang telah menaruh nur ilmu di dalam qalbi u’lama, karena ilmu adalah nur, bukan hasil hafalan dan juga bukan dari kuatnya ingatan.  Shalawat dan salam bagi Nabi penghulu segala Rasul Sayyidina Muhammad SAW. dan bagi seluruh Sahabat dan Keluarga beliau. Dengan hanya mengharap ridla Allah semata, telah tersusun sebuah perbendaharaan risalah bagi salik penempuh jalan sufi.  Risalah ini merupakan suatu tala’ah kepustakaan atas leteratur kesufian, secara khusus kami didedikasikan bagi penempuh jalan/thariqat sufi dimana susunannya kami fokuskan pada pembahasan ilmu Thariqat dan Hakikat. Namun secara umum siapa saja boleh membacanya sebagai pengetahuan bagi jalan menuju kepada Allah SWT.  

Mungkin ada dari pembaca yang belum mengenal dan memahami apa itu jalan/thariqat kesufian?.  Sufi merupakan sebuah nama  yang muncul pada pertengahan abad pertama dari keberadaan Islam, dengan fakta sejarah bahwa, pada masa sesudah khulafa’ul Rasyidin, muncul perselisihan dikalangan kaum muslimin.  Pada masa itu masalah politik mengakibatkan pecahnya persatuan  dan rusak pecahnya ‘itiqad kaum muslimin ke dalam beberapa kelompok yang tergelincir menjadi sesat.  Selanjutnya pada akhir abad pertama dan pada abad-abad berikutnya, kekhalifahan islam semakin berkembang, banyak daerah berhasil ditaklukkan, hal tersebut mengantarkan kekhalifahan mencapai masa keemasan. 

Tetapi kehidupan keagamaan justru mundur sangat jauh bila dibandingkan dengan masa Rasulullah SAW.  Kaum muslimin dikala itu banyak yang sudah meninggalkan ber‘ibadat dan meninggalkan mengurus kepentingan akhirat,  mereka khususnya dikalangan istana lupa akan hakekat tujuan hidup yang sebenarnya, lupa dengan hari akhirat dan lupa ada hidup sesudah mati.  Mereka sibuk terbuai dengan harta yang berlimpah, hasil upeti dari daerah-daerah kekuasaan  yang telah berhasil ditaklukkan. Tujuan hidup dan sudut pandangpun mulai bergeser dari ukhrawi ke duniawi.  Masing-masing sibuk dengan bermegah-megah, bersedap-sedap dan menumpuk-numpuk harta.  Disaat itu  perilaku yang demikian  dikalangan khalifah dengan cepat menjadi trend bagi kaum muslimin umumnya, sehingga apa-apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah sebelumnya sebagai pegangan hidup seperti terhapus begitu saja.

Melihat kekacauan tersebut muncullah usaha-usaha dari sebagian kaum muslimin untuk memurnikan dan meluruskan kembali kehidupan umat islam,  sebagaimana kehidupan umat islam pada masa Rasulullah.  Usaha tersebut dilakukan dengan cara menginventarisir terlebih dahulu kelompok-kelompok yang ada dikalangan umat islam, kemudian mengidentifikasi satu persatu untuk mengetahui, mana kelompok yang ber‘itiqad yang benar dan yang sesat?, mana cara hidup yang benar dan yang salah?, tentu saja dengan merujuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. 

Hasil pemurnian tersebut agar mudah dikenali diidentifikasi dengan memberi nama sebagai berikut,  i’tiqad yang benar sebagaimana ‘itiqad Rasulullah dinamakan Ahlussunnah Wal-Jama’ah (Sunni),  yang ditelusuri kembali oleh Syeikh Abu Hasan ‘Ali Al- Asy’ari.  Sedangkan jalan hidup yang benar, yang mendahulukan akhirat dari pada dunia, yang tekun beribadat, berakhlak dan memiliki budipekerti yang luhur seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah, dinamakan Jalan Hidup Yang Bertasawuf, dan kemudian dihimpunkan menjadi  sebuah disiplin ilmu, yaitu ilmu tasawuf dan orang yang mengamalkannya disebut Ahli Sufi (Berthariqat Ahli Sufi), jalan hidup ini ditelusuri kembali oleh Abu Yazid Al-Bustami, Sari As-Saqathi, Syeikh Juned Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, Maulana Syeikh Ibnu Athaillah As-Kandary, Syeikh Abu Hasan Asy-Syadzily, Syeik Ibrahim Bin Adham, Ummu Rabi’ah Adawiyah dan masih banyak yang lainnya.

Dalam ilmu tasawuf juga terkandung ilmu Usuluddin, akhlak dan Ilmu Fiqih, kadar yang meluluskan tuntutan yang difardhu‘ainkan dalam agama dan untuk mengetahui batasan dari ilmu-ilmu yang fardhu’ainkan dalam agama dapat kita baca dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin atau dalam mukhtasarnya dengan bahasa arab melayu, yaitu Kitab Siyarus Salikin. 

Mungkin secara mendalam akan timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya ‘itiqad dan jalan hidup Rasulullah SAW seperti yang telah disimpulkan dalam ‘itiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah dan dalam Thariqat Para Ahli Sufi?. Para Syeikh dan Guru Sufi telah menjawab dalam kitab dan bukunya, dan hasil muraja’ah kitab dan buku tersebut telah kami susun dengan ringkas di dalam perbendaharaan risalah kami ini. 

Tentunya bagi saudara kami penempuh jalan kesufian sudah sangat jazam hatinya bahwa, hanya jalan kesufianlah yang akan mengantarkan kita kepada ma’rifah akan Allah dengan ma’rifah yang sebenarnya, InsyaAllah dengan izinNya sesuai dengan ilmuNya yang sudah ditulis dalam azali.

Beruntunglah orang-orang yang telah ditulis dalam azali diberi taufik dan hidayah oleh Allah sehingga mampu dan tergerak hatinya untuk menjalani kehidupan di jalan sufi, karema memang sebagaimana dikutib dan ditulis oleh Syeikh Abdulsamad Al-Falembani di dalam kitabnya Siyarus Salikin (Mukhtasar Ihya ‘Ulumuddin)   Jilid III Hal. 42 s/d 43  secara ringkas dalam bahasa arab melayu sebagai berikut,

Iman Al-Ghazali mengatakan “Ketahui olehmu hai orang yang berkehendak menjalani akan jalan akhirat yang menyampaikan kepada Allah Ta’ala, bahwasanya barangsiapa berkehendak kemuliaan akhirat maka alamatnya itu meninggalkan ia akan kekayaan dunia, maka barangsiapa melihat ia akan akhirat dengan matahatinya akan penglihatan iman yakni maka alamatnya itu menghinakan ia akan segala yang didalam dunia itu...dan barangsiapa yang tiada berbuat akan yang demikian itu, maka alamat padanya itu ketiadaan beriman dengan Allah Ta’ala dan ketiadaan beriman dengan hari kemudian, yakni barang siapa sangat gemar akan dunia dan tiada gemar akhirat. 

Dan demikian lagi barang siapa menjalani akan jalan yang lain daripada jalan Thariqat Ahli Sufi  itu maka adalah seseorang itu alamat kurang iman dengan Allah Ta’ala dan dengan RasulNya  dan dengan hari kiamat, karena jalan thariqat ahli Sufi itulah jalan yang menggemar akan akhirat membencikan akan dunia dan menyampaikan kita kepada Allah Ta’ala.  Adapun jalan orang yang lain daripada thariqat ahli sufi itu maka yaitu bukan jalan akhirat yang menyampaikan kepada Allah Ta’ala dan jikalau ia mengaji seribu kitab yang lain dari pada kitab tasawuf itu sekalipun, maka yaitu tiada dinamakan menjalani akan jalan akhirat dan tiada dinamakan ia akan ‘Ulama akhirat dan hanya sanya dinamakan dia ‘Ulama ahli dunia jua”.  

Kami tutup muqaddimah ini dengan mengutip pesan dari seorang Syeikh, ia berkata, “Wahai Saudaraku,  syari’at itu adalah pakaian Nabi, thariqad itu adalah perjalanan Nabi, hakikat itu adalah batin Nabi dan ma’rifat itu adalah rahasia Nabi.  Seseorang yang berada di alam syari’at sahaja adalah masih tertipu, kerana apa yang dilihat dan didengar oleh syari’at tidak menjamin akan kebenaran pada hakikat, justeru itu seseorang perlu menyelami lautan hakikat, dan tiada cara untuk menghubungkan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat melainkan berilmu dan mengamalkan tharikah”. Selamat membaca, semoga bermanfaat bagi kemenangan di hari akhirat. Silakan Download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar