Keterkaitan Thariqah Dengan Ma'rifah

Wahai saudaraku sekalian, sebagaimana telah kami tulis dalam posting sebelumnya, bahwa ma’rifah Wali dan ‘Arifin kepada Allah SWT datang dari keinginan Allah SWT untuk memperkenalkan diriNya kepada mereka.  Tidak ada sebab tertentu yang mempengaruhi Allah untuk mema’rifahkan hambaNya,  Ia murni datang dari kemurahanNya semata. Bukan sebab keshalihan, mulianya keturunan, keta’atan, banyaknya ilmu dan amal, kedermawanan, atau sebab kebaikan lainnya.  Allah SWT tidak takjub sedikitpun dengan sebab-sebab yang datangnya dari makhluk, karena sebab tersebut Ia juga yang menciptakannya, oleh karenanya jangan sesekali menyangka yang demikian.  Memang pada kenyataannya banyak dari  penempuh thariqah sufi menjadi Wali dan ‘Arifin, tetapi tetap saja bukan amalan kesufian mereka yang membawa kepada ma’rifah akan Allah SWT.  Kalaupun ada keterkaitan antara thariqah sufi dengan ma’rifah, maka keterkaitan tersebut berlaku secara terbalik.  Maksudnya Allah SWT yang memperjalankan mereka ke dalam thariqah, bukan thariqah yang menjadi sebab  mereka ma’rifah.  Tidak ada satu halpun yang datangnya dari makhluk, segala yang baharu datangnya dari Allah SWT.  

Thariqah Sebagai Ibadah Dan Thariqah Sebagai Mahabbah 

Berthariqah dengan tujuan pendapatkan pahala, keampunan dosa, supaya dapat memimpin tahlil dan shamadiah,  supaya dapat berkumpul dalam satu payung di mahsyar, agar hilang sifat-sifat mazdmumah, adalah tinjauan thariqah sebagai ibadah.  Mereka yang mengamalkan biasanya adalah orang awam.  Mursyid dalam thariqah seperti ini adalah para ‘Ulama dari kalangan Fuqaha’, yang dengan kehendak Allah SWT belum memperoleh pengetahuan mengenai hakikat tujuan thariqah. 

Tinjauan thariqah sebagai mahabbah adalah pengamalan thariqah dalam rangka manifestasi kecintaan kepada Allah SWT.  Fungsi thariqah ini sebagai jembatan pelepasan kerinduan sang salik kepada Tuhannya yang tercinta, Allah SWT.  Amalan yang dikerjakan tidak dimaksudkan untuk tercapainya tujuan-tujuan seperti dalam amalan thariqah sebagai ibadah.  Mungkin nama thariqahnya sama dan amalannya juga sama, namun tujuan yang berbeda.

 Syekh Ibnu Atthaillah mengatakan dalam Al-Hikamnya "Orang yang begitu sangat cintanya bukanlah orang yang mengharapkan balasan sesuatu dari pihak yang dicintainya atau dia menuntut sesuatu maksud dari pihak yang ia cintai, karena orang yang begitu sangat cintanya itu ialah orang yang memberi, bukanlah orang yang begitu sangat cintanya itu merupakan orang yang berharap  untuk diberi”.  Tentunya sangat tinggi derajat thariqah sebagai mahabbah. Kalau begitu pantas saja banyak dari para sufi dima’rifahkan oleh Allah SWT melalui thariqah ini. 

Dunia Sufi adalah Dunia Thariqah 

Wahai saudaraku ketahuilah, makna thariqah bagi seorang salik adalah sebagai media pembersihan jiwa dalam rangka mendekatkan  diri kepadaNya. Lebih lanjut perbersihan jiwa yang dimaksudkan disini adalah bebas dari ketergantungan kepada makhluk, bebas hati dari ingat kepada makhluk dan bebasnya diri dari kekangan hawa nafsu amarah. Tidak akan sempurna pembersihan jiwa dan pendekatan diri kepada Allah SWT bila tidak didasari kecintaan kepadaNya.

Mahabbah kepada Allah memegang peranan penting bagi keselarasan hubungan antara sang sufi dengan Tuhannya. Mahabbah kepada Allah SWT meliputi dua aspek penting didalamnya.   Pertama Pentauhitan, orang-orang yang telah mengaku diri mencintai Allah SWT wajiblah ia telah terbebas dari mempersyarikatkan Tuhannya dengan segala sesuatu. Para sufi adalah manusia dengan hal keadaannya telah lepas dari mempersekutukan Allah SWT pada zat, sifat dan perbuatanNya. Dengan kemurahan Allah SWT lisan, 'itiqad dan perbuatan mereka telah bersih dari penyekutuan kepadaNya. Ber'itiqad amalan manusia dapat mempengaruhi Tuhan dalam mencurahkan rahmatNya adalah ‘itiqad yang masih belum terbebas dari unsur penyekutuan kepadaNya.  

Para pengamal thariqah pada umumnya dibina di atas anggapan bahwa amalan-amalan dalam thariqah dapat menyebabkan terhapusnya dosa, dibersihkannya hati, dimudahkannya rizki, dibukakan pintu ilmu dan sebagainya. Mereka berpegang atas amalan hamba dapat mempengaruhi Allah SWT dalam mecurahkan rahmatNya. Menganggap adanya perbuatan manusia dalam bentuk amalan thariqah yang dapat mempengaruhi ketetapan dan perbuatan Allah SWT adalah salah satu bentuk penyekutuan yang nyata atas sifat dan perbuatan Allah SWT, tentunya hal ini telahpun kami uraikan sebelumnya dalam Kajian Ma’rifatullah No. 4.  

Allah SWT berbuat sesuatu karena Ia menghendaki adanya sesuatu, bukan disebabkan atau dipengaruhi oleh sesuatu yang lain. Ia memperjalankan hambaNya kepada jalan thariqah karena memang Ia menginginkan hambaNya berada di sana, bukan menjadi syarat dan sebab yang akan  membuat Ia mengampuni dosa mereka. Segala hikmah yang diperoleh dari pengamalan thariqah adalah dari kemurahanNya semata. Ia yang menggerakkan amalan hamba dan Ia juga yang memberi hikmah atas amalan tersebut, tanpa menjadi amalan sebagai syarat untuk mendapatkan hikmah dari kemurahanNya. Tentunya hal ini sering terjadi pada ‘itiqad mereka awam yang dengan kemurahanNya diampuni dosa-dosa mereka atas ‘itiqad tersebut.  

Para sufi bertariqah karena ingin dekat selalu denganNya, ingin mendapatkan cinta dariNya, dengan mengabdi kepadaNya dan bukan karena ingin diampuni dosa-dosa, mendapatkan pahala supaya dapat mesuk ke surga, bukan juga karena ingin mendapatkan rezki yang banyak, dibersihkan hati, dibukakan pintu ilmu dan sebagainya. Perkara di ampuni dosa, diluaskan rizki, dibersihkan hati adalah murni datang dari kemurahan Allah SWT  kepada  siapa saja yang dikehendakinya, dengan atau tanpa amal dari mereka.

Kedua Keridhaan, pencinta akan selalu ridha hatinya kepada yang dicintai. Orang-orang yang dikehendaki Allah SWT ma’rifah kepadaNya terlebih dahulu diperjalankan dalam nuansa penuh cintai kepada Tuhan mereka. 

Mahabbah mangandungi makna hilangnya keinginan dan pengaruh kepada yang selain Allah, tidak resah terhadap ancaman neraka dan tidak pula berharap mendapatkan syurga, cukuplah hanya Allah saja bagi mereka. Bagi pecinta Tuhan, mereka ridha kemanapun Ia menempatkan dirinya, merasa dimanapun berada Allah selalu ada buat mereka. Dunia tidak lagi mempesonakan, daya pikatnya tidak sanggup memalingkan pandangan mereka dari pancaran cahaya keindahanNya.  Kecintaan menumbuhkan keridhaan, dan keridhaan menumbuhkan keikhlasan. Bertariqah adalah jalan bagi para pecinta untuk selalu dekat dalam keridhaan dengan diriNya, ridha ia kepada Tuhannya dan ridha Tuhan kepada dirinya, tidak bagi tujuan yang lain. Inilah hakikat tujuan thariqah sebenarnya.