Menjalankan Perintah Agama Tanpa Mengenal Agama

Wahai saudaraku ketahuilah, esensi beragama adalah dalam rangka meng-esa-kan Allah SWT sebagai pemilik wujud yang mutlak, pemilik semua sifat dan perbuatan.  Dengan nur dari padaNya para ahli ma’rifah seperti para ‘Arifin akan dengan mudah menyaksikan dan merasakannya.  Berbeda dengan mereka yang Allah SWT tempatkan pada derajat awam, akan terhijab dalam melihat dan mengetahuinya.  Allah SWT telah mengkondisikan satu atmosfer kehidupan yang spesifik bagi manusia di derajat ma’rifah bawah, seperti pada  mereka di derajat awam.  Cerminan kehidupan masyarakat islam pada umumnya adalah satu bentuk atmosfer kehidupan bermasyarakat dan beragama yang telah sesuai dengan derajat ma’rifah mereka.  Karakteristik orang awam diperjalankan oleh Allah SWT pada siklus azas manfaat yang monoton dalam beragama, mula-mula umat manusia diseru untuk beriman dan setelahnya taat kepada menjalankan segala perintah.  Siapapun yang menjalankan segala perintah akan memperoleh balasan setimpal di akhirat kelak, dan sebaliknya kerugian akan menyertai mereka yang meninggalkannya. Orang awam hanya memperhatikan sejauh mana agama dapat memberi manfaat bagi mereka.   

Saudaraku, mereka yang awam beragama sama seperti tamsilan para petani dengan lahan pertanian mereka. Mula-mula ia percaya bahwa ada dari beberapa jenis tanaman dapat memberi manfaat kepadanya, dan iapun mulai menggarap lahan, kemudian menanam, memupuk dan sebagainya.  Siapa yang tekun akan memperoleh hasil panen melimpah, yang dapat dipergunakan sebagai bekal dalam kehidupannya. Sebaliknya bagi yang malas tidak mendapatkan apa-apa melainkan kebuluran baginya.  Agama adalah cara seseorang mencari keselamatan dan kebahagiaan atas diri mereka dan keluarganya, baik semasa di dunia maupun di akhirat.  

Orang awam oleh Allah SWT di arahkan kepada anggapan, bahwa keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat hanya akan diperoleh jika mereka memiliki  amal ibadah yang banyak, guna mengumpulkan pahala yang banyak. Dan pahala yang banyak tersebut hanya dapat diperoleh dari pelaksanaan perintah-perintah dalam agama. Memperbanyak amal adalah menjadi tujuan dalam beragama dan menjadi kunci bagi kebahagiaan dunia dan akhirat.  Inilah definisi agama bagi mereka di derajat ma’rifah awam.   Hal demikian di atas sangat kental terasa dalam kehidupan beragama, dan tidaklah mengherankan karena memang sebagian umat islam Allah tempatkan pada derajat ini.  

Allah SWT menghendaki definisi agama bagi mereka, bahwa yang namanya agama itu adalah taat dalam menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya. Dengan ketentuannya  yang taat akan mendapatkan syurga dan yang maksiat akan dimasukkan ke dalam neraka.  Lebih dalam lagi makna agama bagi orang awam adalah upaya manusia untuk meraih keselamatan dunia dan akhirat, dengan memfokuskan diri kepada masalah yang berkaitan dengan amal dan ibadat,  taat dan maksiat, pahala dan dosa, syurga dan neraka. Makna agama bagi mereka secara subtansi sama sekali belum menyentuh hakikat agama sebagai media pentauhitan kepadaNya.  Allah SWT menghendaki agama bagi orang awam hanya sebagai alat untuk memperoleh keuntungan saja, guna mendapatkan keselamatan dan kemuliaan.  Ia memperjalankan mereka pada ‘itiqad, bahwa semua pilihan berpulang kepada manusia dengan segala daya dan upaya mereka semasa di dunia. Hal ini sesuai dengan pandangan dan prinsip mereka derajat awam, yang beriman bahwa segala akibat pada diri manusia disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, tanpa memandang kepada Allah SWT sebagai pemilik segala perbuatan. Masalah ini telahpun kami uraikan sebelumnya dalam Kajian Ma’rifatullah No. 4.   

Orang awam hanya fokus dan khawatir pada nasib mereka bukan kepada Allah SWT. Mereka dijauhkan dari kesadaran tauhid sebenar yang yakin bahwa segala pilihan hidup adalah pilihan dari Allah SWT, bukan datang dari hasil usaha manusia.  Inilah atmosfer kehidupan bagi siapa saja yang masih Allah SWT tempatkan mereka pada derajat awam, derajat yang jauh dari ma’rifah kepadaNya.  Mereka tidak pernah dapat keluar kepada derajat yang lebih tinggi melainkan dengan kehendaknya. Keterkungkuman dalam alam keawaman atas ma’rifah kepada Allah SWT menjadi batas dan hijab bagi dirinya.  

Hakikat Mengenal Agama

Wahai saudaraku ketahuilah, tujuan  Allah SWT mengirimkan para Rasul kepada umat manusia, tidak lain hanya dalam rangka memperbaiki akhlak mereka bagi mentauhidkan Allah SWT. Beribadah dengan tujuan hanya bagi mengumpulkan pahala guna memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, bukanlah bagian dari agama.  Tetapi ia hanya bagi mengejar keuntungan pribadi semata guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik, lebih aman dan sejahtera.  Walaupun diperbolehkan bahkan di anjurkan bagi mereka yang awam, tetapi tetap saja hal tersebut belum dapat di masukkan ke dalam katagori seseorang sudah beragama.  Derajat manusia di sisi Allah SWT tidaklah di hitung dari banyaknya ilmu dan amal.  Akan tetapi dari seberapa besar kecintaan mereka kepadaNya, seberapa sempurna ma’rifah mereka dan telah benarkah mereka dalam mentauhidkan/mengesakan Allah SWT.  Ibadah hanya sebagai sarana pengabdian, bukan bertujuan mengambil keuntungan daripadaNya.   Tidaklah para Wali dan ‘Arifin diangkat oleh Allah SWT karena banyaknya ilmu dan amal, bahkan ada dari mereka yang tidak berilmu dan beramal sebelumnya.             

Wahai saudaraku, hakikat wujud agama dengan wujudnya pengesaan kepada Allah SWT. seberapa sempurnanya seseorang mentauhidkan Allah, sejumlah itupula kadar agama pada diri mereka. Siapa yang telah mengesakan Allah SWT dengan benar dan sempurna itulah mereka yang telah mengenal agama dan memilikinya.  Tidaklah seseorang dikatakan telah beragama hanya dengan telah taat mereka dalam melaksanakan perintah-perintah agama saja, apalagi tujuan dari pada pelaksanaan amal tersebut dalam rangka mengumpulkan pahala semata. Tetapi jauh daripadanya telah dikatakan seseorang beragama dengan telah sempurnanya ia dalam mengesakan Tuhannya, baik pada zat, sifat dan perbuatanNya.

Rukhshah Dalam Agama                                      

Ketahuilah, pada hakikatnya tidak akan sempurna seseorang dalam mengesakan Allah SWT sebelum ia sempurna ma’rifah kepada TuhanNya. Alam ma’rifah masuk ke dalam ranah para Wali dan ‘Arifin, tidak bagi yang selain mereka.  Akan timbul permasalahan atas mereka di derajat bawah, tentang keabsahan agama baginya, karena ia berada jauh dari ma’rifah kepada Allah SWT.  Sedangkan sebahagian besar umat Islam Allah SWT tempatkan pada derajat ini. Lantas bagaimana, apakah mereka semua tidak dihitung kepada manusia yang telah memiliki agama?. Jawabannya Allah SWT dengan kemurahaannya telah merukhshah mereka. Walau ia jauh daripada ma’rifah kepadaNya, namun dengan kasih sayang dan kemurahanNya mereka semua dianggap dan dimasukkan kedalam kelompok orang-orang yang telah memiliki agama. Karena bagaimanapun mereka adalah orang-orang yang telah beriman kepada Allah SWT dan RasulNya. 
            
Wahai saudaraku, pahamilah hakikat agama yang sebenar, bukan bagi mendapatkan keselamatan dunia dan juga bukan bagi mendapatkan kedudukan di syurga.  Tetapi ia adalah sebagai media perwujudan  cinta seorang hamba dalam pentauhitan kepada Tuhannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar