Kesalahan Dalam Mempersepsikan Para 'Arifin

Wahai saudaraku ketahuilah, ma’rifah kepada Allah SWT adalah satu penyaksian dan rasa dari kewujudan tuhan. Ia merupakan pengetahuan yang halus yang letaknya di dalam kalbu para ‘Arifin. Bagi mereka yang berada di derajat bawah tidak akan mampu menjelaskan bagaimana sebenarnya hal ihwal ma’rifah kepadaNya dan menjelaskan siapakah sebenarnya mereka para ahli ma'rifah?.   Walau demikian ada dari beberapa kalangan yang mencoba memberikan penjelasan terkait dengan ma'rifah dan mencoba mempersepsikan Para ‘Arifin melalui keterbatasan definisi mereka.   Berbagai sangkaan di kemukakan untuk mendefinisikan siapa sebenarnya mereka para ahli ma’rifah. Ada yang mengatakan mereka adalah orang-orang yang menguasai berbagai cabangan ilmu dalam agama seperti para ‘alim ‘ulama, dan ada yang mengatakan ahli ma'rifah adalah orang-orang yang ahli ibadah kepada Allah SWT,  dan ada yang mengatakan mereka adalah orang-orang dari kalangan ahli tasawuf, dan juga ada yang mengatakan mereka adalah ahli kalam dan sebagainya.  

Berbagai sangkaan tersebut tidak satupun dapat mempersepsikan siapa sebenarnya mereka para ahli ma'rifah.  Walaupun berbagai dalil dan hujjah telah dikemukakan namun tetap saja mereka mendefinisikan para ‘Arifin menurut derajat ma’rifah mereka masing-masing.   

Wahai saudaraku ketahuilah, tidaklah menjadi ukuran banyaknya ilmu agama, banyaknya amal ibadah, dan banyaknya dzikrullah menjadi syarat bagi Allah SWT dalam mengangkat seseorang menjadi ‘Arifin. Telah kami jelaskan sebelumnya dalam beberapa Kajian Ma’rifatullah bahwa ma’rifah kepada Allah SWT tidaklah datang dari manusia karena telah memiliki atau telah menguasai hal-hal tertentu dalam agama.  Akan tetapi ia datang dari Allah SWT yang berkeinginan memperkenalkan diriNya kepada hamba.  Kalaupun ada mereka yang di angkat dan dipilih dari kalangan kaum ‘alim ‘ulama, itu adalah secara kebetulan saja, bukan ketentuannya seorang ahli ma’rifah tersebut haruslah dari kalangan mereka.  

Maksud ma’rifah kepada Allah SWT bukan banyaknya ilmu ma’rifah yang dikuasai.  Akan tetapi ma’rifah kepada Allah SWT dapat melihat dan merasakan langsung bagaimana sebenarnya menjadi bagian dari wujud Allah SWT yang satu.  Merasakan bagaimana takluk kudrah dan iradahNya, melihat, mendengar dan berkata-kata dengan penglihatan, pendengaran  dan kalamNya.  Merasakan segala harkat gerak adalah gerak dari Allah SWT yang satu.  Merasakan  dan mengetahui bagaimana  tidak terpisah dan tercerai berainya wujud  Allah SWT kepada sekalian yang baharu.  Penyaksian dan dan rasa dalam kesadaran tauhid inilah yang disebut ma’rifah kepada Allah SWT.

Kebenaran akan hal-hal dalam penglihatan ma’rifah tidak akan pernah dapat terbantahkan, karena setiap dari mereka para ‘Arifin dibekali dengan ilmu di sisiNya atau disebut dengan ilmu laduni sebagai cahaya yang membimbing para ‘Arifbillah menuju kepadaNya. Kemudian Allah SWT menambahkan lagi ilmu mukasyafah bagi mereka, yang dengannya dapat melihat hakikat kebenaran disisiNya.  Betapa tidak memungkinkan bagi mereka yang berada di derajat bawah dapat menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kema’rifatan, karena diri belum di ma’rifahkan oleh Allah SWT.  

Orang ramai berkesimpulan barang siapa menuntut ia akan ilmu agama sampai menjadi ‘alim, menguasai berbagai cabangan ilmu bahasa arab, beramal dengan amalan thariqah dan berketurunan dari orang-orang yang shalih dan lain sebagainya, akan di angkat oleh Allah SWT menjadi Wali dan ‘Arifin.   Anggapan tersebut sangatlah tidak benar, mengingat Allah SWT tidak takjub dan terpengaruh oleh kehebatan manusia seperti itu, semua yang telah disebutkan di atas datangnya dari kemurahan Allah SWT.  Tidak serta merta kemurahan Allah kepada seorang hamba akan membuat Ia takjub kepada hamba tersebut, yang dengan karenanya langsung mengangkat ia menjadi Wali atau ‘Arifin.  Seringkali kita mendengar dari kalangan ulama tertentu yang megatakan guru mereka adalah Wali atau ‘Arifin, padahal mereka tidak memiliki kapasitas untuk menilai akan hal itu.     

Ketahuilah bahwa para Wali dan ‘Arifin tidak merasakan diri mereka berada pada derajat tersebut, yang sehingga ia berbangga dan berbesar hati dengan kemurahan Allah SWT kepadanya.  Dalam kesehariannya mereka hanya terfokus pada ingatan, pemikiran dan jiwa mereka kepada Allah SWT semata.  Orang awamlah yang sibuk memberi menilaian tanpa mengetahui hakikat Wali dan ‘Arifin sebenarnya.  Allah SWT mengiradahkan kepada mereka awam anggapan bahwa dengan berkat para Wali dan ‘Arifin mereka akan dimudahkan rizki, disembuhkan dari berbagai macam penyakit serta di jauhkan dari berbagai mara bahaya. Anggapan tersebut dibolehkan hanya bagi mereka yang jahil dan awam.  Akan tetapi bagi para salik hal tersebut tidaklah benar.    

Berbagai kesalahan dalam mempersepsikan para ‘Arifin akan terperbaiki InsyaAllah dengan membaca berbagai Kajian Ma’rifatullah sebelumnya dari kami. Mudah-mudahan halaman blog kami dapat memberi pencerahan bagi siapa saja dari mereka yang cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada para Wali dan  ‘Arifin, InsyaAllah.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar